← Kembali ke blog

4 Level Metode Kirkpatrick untuk Pelatihan Karyawan

kirkpatrick

Dalam perusahaan, karyawan yang baru ataupun seorang intern yang baru saja masuk ke dalam sebuah perusahaan, biasanya harus mempelajari bagaimana perusahaannya berjalan. Dan tidak mengherankan jika mereka juga biasanya mendapatkan training yang gunanya untuk kelancaran dalam bekerja dan juga untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Pengertian Metode Kirkpatrick

Terdapat Metode yang sangat digemari berbagai perusahaan yaitu Metode Kirkpatrick. Metode Kirkpatrick dibentuk dan dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick pada tahun 1959. Donald Kirkpatrick adalah seorang profesor di Universitas Wisconsin, America dan juga seorang presiden dari American Society for Training and Development (ASTD). Donald Kirkpatrick mendedikasikan kehidupannya untuk mengembangkan metode evaluasi dan berhasil mendapatkan beberapa penghargaan seperti pada tahun 2006 Donald mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement Award dari Asia HRD Congress.

Donald Kirkpatrick juga seorang penulis yang menuliskan buku Evaluating Training Programs: The Four Levels. Buku ini telah menjadi basis dalam melakukan training dan pengembangan sebuah karyawan di berbagai perusahaan. Seperti pada buku yang Donlad tulisan, metode ini memiliki 4 jenis level yang berbeda yang telah dikembang bertahun – tahun kurang lebih selama 19 tahun hingga sedemikian rupa.

Level Pertama: Reaction (Reaksi)

Pada level ini sebuah perusahaan akan mengukur reaksi yang diberikan para karyawan tentang training yang akan mereka berikan. Level ini cukup penting agar perusahaan dapat memastikan bahwa training ini berguna dan bermanfaat bagi perkembangan karyawan secara individu.

Apakah para karyawan merasa nyaman dengan lokasi pelatihan, materi – materi yang mendukung, dan memiliki instruktur yang suportif selama pelatihan berlangsung.

Jadi level ini berguna juga sebagai referensi kedepannya jika karyawan belum dapat menyelesaikan metode ini, agar pihak perusahaan memiliki gambaran apa yang dapat diubah dan diperbaiki dalam proses training nantinya.

Level Kedua: Learning (Pembelajaran)

Pada level ini para karyawan biasanya sudah memulai proses training. Sebelum memulai proses training akan lebih baik jika para karyawan diberikan sebuah daftar training yang berisikan pengenalan training, tujuan training dan apa yang akan mereka dapatkan setelah menyelesaikan training tersebut.

Dan juga, sebelum memulai training pastikan pihak perusahaan sudah mengetahui skill dan pengetahuan apa sajakah yang dimiliki para karyawannya untuk mengetahui mana yang harus dikembangkan dan dipelajari dan agar training tersebut berjalan dengan maksimal.  

Pada saat proses training berlangsung juga, sangat penting untuk pihak perusahaan selalu mengamati proses training para karyawannya. Tanyakanlah pada mereka, apa yang telah mereka pelajari sejauh ini, apakah training ini membantu dan juga apakah mereka mendapatkan ilmu baru dari training ini.

Level Ketiga: Behavior (Perilaku)

Pada level ini perusahaan akan melihat perkembangan perilaku dan sikap para karyawan yang sudah menyelesaikan proses training. Apakah para karyawan dapat menjalankan dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari atau dapatan pada saat training dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan mereka.

Perlu diketahui juga bahwa para karyawan juga manusia yang memiliki kepribadian yang berbeda – beda, jadi wajar saja jika sikap dan perilaku yang ditunjukan berbeda – beda dari setiap individu. Dan mungkin saja para karyawan tidak mengalami adanya perubahan perilaku dan sikap.

Jika para karyawan tidak mengalami perubahan maka metode ini bisa saja dianggap gagal bagi perusahaan, karena metode ini tidak dijalankan dengan lancar dari level pertama. Tetapi, bukan berarti para karyawan tidak mengalami perubahan apapun bisa saja mereka tidak dapat menunjukan hasil perkembangannya karena faktor lingkungan kerja atau dari karyawan tersebut tidak memiliki niat untuk berkembang secara maksimal.

Level Keempat: Result (Hasil)

Pada level ini sebuah perusahaan akan menganalisis dan mengukur hasil dari sesi training yang telah dilakukan. Hasil yang dimaksud biasanya diukur berdasarkan pengaruh training terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Hal ini bisa diukur dengan menetapkan faktor-faktor apa saja yang dapat menguntungkan perusahaan. Kemudian faktor-faktor tersebut akan dinilai dan dibandingkan dengan biaya training yang dikeluarkan, sehingga didapatkan ROI (Return on Investment) training. Jika ingin mengetahui ROI lebih dalam, Anda bisa membacanya disini. 

apakah karyawan sudah memiliki keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dan hal – hal lainnya yang berhubungan dengan perusahaan itu sendiri. 

Metode ini dapat berjalan lancar dengan menggunakan kuesioner yang diisi para karyawan secara jujur tentang keterampilan, kekurangan, dan kekuatan yang dimiliki. Untuk itu, sangat penting juga bagi perusahaan untuk memiliki instruktur dan supervisor yang dapat melihat proses perkembangan karyawannya agar metode ini dapat berjalan dengan lancar dan menguntungkan pihak karyawan dan perusahaan. 

Menggunakan Metode Kirkpatrick dalam pelatihan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas pelatihan tersebut. Pelatihan dari SUNEDU.ID juga menggunakan metode ini untuk memastikan pelatihan di setiap perusahaan terpantau dan memberikan hasil yang diharapkan. Hubungi kami sekarang untuk mengetahui cara menggunakan Metode Kirkpatrick pada pelatihan Anda!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments